Kamis, 27 September 2012

Sabtu, 04 Februari 2012

ANUGERAH TERINDAH


Anak lelaki itu berumur lima atau enam tahun. Ia mengenakan kemeja putih dan pullover kotak-kotak hijau dengan logo taman kanak-kanak di dada kiri. Di bahunya tersandang tas punggung merah dan di dadanya tersilang tali botol minuman. Ia kelihatan lucu dan manis.
Begitu naik ke dalam angkot, bocah itu menunjukkan hasil origaminya pada wanita yang mungkin ibunya. Seekor burung yang sedikit kusut dan penyok. Ia juga menyanyikan lagu baru yang diajari gurunya hari itu.
Lihat ibu keretaku yang baru
cukup besar untuk ayah dan ibu
roda tiga buatanku sendiri
dari kulit buah jeruk bali..."
Aku tersenyum geli mendengar suaranya yang agak sumbang tapi penuh semangat. Bocah itu balas tersenyum padaku, kemudian kembali asyik memberondong ibunya dengan berbagai cerita. Mulutnya tak henti mengunyah donat yang barangkali dibelikan ibunya di depan sekolah. Ibunya menyahut sesekali dengan anggukan atau gumaman setengah tak peduli, sementara tangannya mengibaskan lukisan krayon anaknya untuk menghalau panas.
Aku tidak menyalahkannya. Cuaca siang itu memang panas dan kemacetan jalan membuat udara pengap. Melihat bungkusan yang terserak di kakinya, aku yakin ia telah menghabiskan paginya untuk berbelanja kebutuhan dapur. Tak heran ia kelihatan sangat letih, mengantuk dan tak begitu bersemangat mendengar cerita anaknya di sekolah hari itu.
Atmosfer yang menyengat tidak mengalihkan perhatianku dari anak itu. Kureguk tiap kata dan lagu yang dinyanyikannya seperti pengelana kehausan yang menemukan wadi di tengah gurun. Alangkah rindunya aku akan semua itu. Aku tak ingin membandingkan anakku dengan bocah lucu di angkot itu, tapi mau tak mau Khalid singgah ke dalam benakku dan merusak kenikmatanku.
Setiap kali memeriksakan diri selama mengandung Khalid, bidan selalu mengatakan kehamilanku normal dan bayiku sehat. Karena itu aku dan suami sama sekali tak siap waktu dokter memberi tahu bahwa Khalid tidak normal. Ia lahir dengan Down syndrome.
Menyakitkan. Masa depan anakku sudah ditentukan oleh dokter hanya beberapa menit setelah kelahirannya. Khalid tidak akan tumbuh seperti anak normal dan dia tidak akan bisa menjadi orang dewasa normal yang mampu mengurus dirinya sendiri.
Selain itu dokter juga menemukan kelainan pada jantungnya yang harus diperbaiki dengan pembedahan. Ada juga gangguan mata dan tonsil. Hal yang menurut dokter biasa menimpa anak Down syndrome.
Shock yang kualami setelah melahirkan Khalid cukup berat hingga aku harus dirawat agak lama di rumah sakit. Aku sangat tertekan hingga bahkan tak bisa menyusui Khalid. Dokter memperkenalkanku dengan wanita pakar penanganan anak Down syndrome. Wanita itu memberikan buku-buku dan brosur kepada kami.
Tapi, semua yang kubaca malah semakin membuatku tertekan. Sejak dokter menyatakan bahwa aku positif mengandung, aku selalu berdoa dan bermimpi tentang seorang anak yang cerdas dan lincah. Anak yang akan kubimbing mengenal Allah dan Rasul-Nya. Yang akan kuajari mengaji dan shalat agar ia bisa mendoakan kedua orang tuanya. Ia akan kubawa tafakur alam ke tempat-tempat yang indah agar pandai bersyukur dan memiliki sifat tawadhu.
Aku akan memperkenalkannya pada saudara-saudaranya yang yatim dan papa agar hatinya lembut dan peka. Yang akan mencintai buku-buku seperti aku dan ayahnya. Anak yang akan jadi seorang pejuang di jalan Allah, demi kebangkitan dan kejayaan Islam seperti panglima gagah itu, Khalid bin Walid.
Kubayangkan jari mungil anakku menyusuri huruf-huruf dalam lembaran mushaf Al-Qur'an. Jika lelaki, ia pasti lucu dalam baju koko dan peci mungilnya dan jika perempuan, ia pasti manis dalam jilbab kecilnya yang berbunga dan berenda.
Rasanya aku bahkan sudah bisa mendengar suaranya yang bening melantunkan ayat-ayat suci itu. Suara terindah yang pernah kudengar.
Lalu ke mana bisa kukubur kecewaku saat mendapati Khalid tak mungkin mewujudkan semua impianku. Aku hanya bisa berdoa siang malam memohon kekuatan. Aku mengintrospeksi diri, mengingat kembali apa yang telah kulakukan hingga Allah menghukumku dengan memberikan Khalid.
Hingga suatu hari kalimat itu menohokku. Anakku adalah amanat-Nya, bukan hukuman, bukan aib. Hanya titipan, bukan milikku. Apakah aku berhak menggugat jika titipan-Nya ternyata tidak seperti anak-anak lain? Aku hanya ditugaskan menjaga dan mengasuhnya dengan cinta, karena ia dititipkan Allah yang rahman dan rahim-Nya tak pernah surut dari sisiku. Bukan tugasku menilai apakah Khalid layak jadi anakku atau tidak. Setelah itu aku kembali menemukan ketenangan.
Tapi tak urung kesedihan itu kerap. Sangat menyakitkan. Tiap kubawa Khalid ke dokter dan melihat ibu lain dengan bayi seumur Khalid, aku kembali terbenam dalam kepiluan. Entah untuk Khalid atau untuk diriku sendiri.
Bulan demi bulan berlalu. Sementara bayi lain mulai tertawa dan mengeluarkan suara-suara lucu, Khalid hanya diam. Ia memandang kosong ke depan.
Tiap hari suamiku dan aku harus bergantian merangsang otaknya dengan mainan warna-warna dan kerincingan yang ribut. Khalid baru menunjukkan reaksi saat usianya hampir delapan bulan.
Khalid baru belajar berjalan di usia dua tahun. Bicaranya tak pernah selancar anak-anak lain dan kosa katanya sangat terbatas. Ia tak bisa mandi dan berpakaian sendiri hingga usianya hampir sembilan tahun. Ia harus disuapi tiap waktu makan sampai ia bisa makan sendiri beberapa bulan terakhir ini.
Yang paling menjengkelkan, sulit sekali membiasakannya buang air di kamar mandi walaupun aku dan suamiku sudah mengajarinya selama delapan tahun dari sepuluh tahun usianya.
Mengajari Khalid salat dan mengaji hampir tak mungkin. Khalid hanya bisa mengikuti gerakan-gerakan salat tanpa bisa menghafal bacaannya.
Setelah beberapa lama, kami menyadari kesalahan kami dan mulai dari awal sekali. Mengakrabkan Khalid dengan Allah dan Islam. Sesuatu yang lebih mudah dilakukan dan dipahami Khalid.
"Di belakang rumah ada pohon jambuu..." suara lantang bocah berseragam TK diangkot itu mengembalikan perhatianku pada polahnya yang kocak. Tapi kali itu aku tak bisa menikmatinya tanpa merasa iri. Iri pada ibu yang tak menyadari besarnya nikmat Allah yang dimilikinya. Ada kegeraman dan rasa kasihan pada diri sendiri yang tiba-tiba bergolak dan menenggelamkanku.
Membuat dadaku sesak dan leherku tercekik. Aku tak tahu apakah harus menyesal atau gembira saat anak itu akhirnya turun dari angkot.
Di bangku yang mereka tinggalkan kulihat burung-burungan kertas itu gepeng. Kupungut dan kuperbaiki. Tiba-tiba mataku kabur oleh air mata. Khalid tak bisa melukis dengan krayon atau membuat origami. Koordinasi tangannya lemah sekali.
Dalam kepalanku yang gemetar, burung-burungan itu kuremas menjadi gumpalan kertas. Aku tak sanggup lagi menahan isak. Dengan suara tercekat kusuruh sopir berhenti. Kusodorkan ongkos dan turun, walaupun rumahku masih jauh.
Aku duduk di halte yang sepi. Menarik nafas dalam-dalam dan mengeringkan air mata. Saat aku menengadah mataku tertambat pada papan putih di seberang jalan. Sebuah masjid. Ya Allah, inikah teguran-Mu.? Aku menyeberang. Segera kuambil wudhu dan shalat dua rakaat. Air mataku menetes saat kubaca ayat kedua belas dari surat lukman... Anisykurlillahi....
Usai mengucap salam aku tercenung. Kekalutan yang sempat menguasai sudah berhasil kukendalikan. Aku merasa kosong, tapi damai. Lalu satu- satu fragmen kehidupan Khalid mulai kembali ke dalam benakku. Bukan gambaran muram tentang kekurangannya, tapi keistimewaan-keistimewaan kecil yang mengimbangi dan melengkapi hidupnya.
Khalid suka sekali musik. Ia sulit menangkap dan menghafal lirik, tapi kenikmatan yang terlukis di wajahnya saat mendengarkan musik adalah keindahan tersendiri. Ia juga tak pernah nakal dan usil, selalu ramah dan murah senyum. Ia tak pernah marah dan ngambek, dan jika dimarahi, cepat kembali ceria.
Ia sangat mencintai adiknya Fatimah, yang lahir empat tahun lalu. Kami sempat khawatir Khalid akan cemburu dengan kehadiran adiknya. Tapi ia malah antusias membantuku mengurus Fatimah. Sering kudapati Khalid duduk menatap adiknya yang tertidur dengan ekspresi terpesona yang tak terlukiskan.
Fatimah normal dan cerdas sekali tapi ia menerima abangnya tanpa syarat. Kemesraan di antara keduanya selalu menerbitkan syukur di hatiku dan ayah mereka. Mengurus Khalid memang menuntut kesabaran dan kegigihan ekstra dibandingkan mengasuh anak biasa. Tapi Khalid memang bukan anak biasa.
Ia telah mengajarkan kepada kami makna mencintai tanpa pamrih yang hakiki. Di zaman saat orang memburu segala yang superlatif; tercantik, terpandai, tergesit, anakku tidak akan bisa bersaing. Ia tidak mungkin menjadi teknolog, ekonom atau da'i tersohor.
Tapi apakah itu akan mengurangi cinta kami padanya? Mengurangi kegembiraan melihat prestasi-prestasi kecilnya yang dianggap remeh dan sepele orang lain seperti bisa berpakaian dan makan sendiri? Aku dan ayahnya tak akan memperoleh apa-apa darinya. Kemungkinan besar Khalid akan terus tergantung pada kami. Dan setelah kami tak sanggup lagi, mungkin pada Fatimah.
Tapi kami memang tak lagi mengharapkan apapun darinya. Kami hanya mencintainya. Kudorong gerbang rumah dan kuserukan salam. Sahutan riang menyambutku. Pintu terkuak. Fatimah menghambur memelukku sementara abangnya tersenyum lebar sambil berjalan goyah di belakangnya.
"Ibu bawa apa, bawa apa?" tanya Fatimah. Ia memekik ketika kukeluarkan sekantung mangga ranum dari keranjang belanjaku. Khalid tersenyum. Matanya yang semula kosong berbinar. Mangga adalah buah kesukaannya.
Aku masuk ke kamar untuk berganti baju setelah berpesan pada pembantu untuk mencuci dan mengupaskan mangga buat anak-anak. Saat aku keluar, mereka tidak berada di meja makan.
Kupanggil mereka dan kudengar sahutan dari halaman belakang. Di depan kandang burung parkit Fatimah melonjak-lonjak dan tertawa melihat abangnya dengan sabar menyodorkan potongan mangga lewat jeruji bambu.
"Ayo kuning! Jangan diam saja! Tuh diambil si hijau deh!" teriak Fatimah. Satu demi satu burung-burung parkit dalam kandang terbang menyambar potongan mangga dari tangan Khalid. Aku bertasbih. Mataku pedih. Sudah lama aku mengamati keistimewaan Khalid untuk mencintai dengan keikhlasan yang bersih dari egoisme anak seusianya. Cintanya sangat tulus pada burung-burung kesayangan suamiku, pada ikan hias dan ayam kate yang kami pelihara untuk mengajar anak-anak bertanggung jawab.
Bahkan pada bunga-bungaku di kebun. Ia gembira mengurus semua itu, walaupun tak pernah mendapat imbalan apapun dari kami. Kelembutannya terulur bahkan pada kucing-kucing liar yang sering diberinya makan atau anak-anak tetangga yang kerap mendapat bagian dari jatah kue dan buahnya tanpa menuntut balasan apapun.
Aku memang tak punya alasan untuk bersedih dan kecewa. Khalid mungkin tak bisa membaca dan mengaji. Tapi perasaannya halus dan penuh kasih sayang. Dan aku sangat bersyukur atas kelebihannya. Itu sudah cukup menjadi anugrah terindah dalam hidupku…

MENANTI BANGAU TERBANG LEWAT


Teng !…jam dinding berdentang satu kali. Malam semakin larut, tapi Anis masih duduk di ruang tengah. Sejak tadi matanya sulit terpejam. Baru beberapa jam yang lalu Ibu Mas Iqbal, suaminya, menelepon, "Nis, Alhamdulillah, barusan ini keponakanmu bertambah lagi..." suara ibu terdengar sumringah di ujung sana.

"Alhamdulillah…, laki-laki atau perempuan Bu ?" Anis tergagap, kaget dan senang. Sudah seminggu ini keluarga besar Mas Iqbal memang sedang berdebar-debar menanti berita Dini, adik suaminya, yang akan melahirkan.

"Laki-laki, cakep lho Nis, mirip Mas mu waktu bayi…" Ibu tertawa bahagia. Dini memang adik yang termirip wajahnya dengan Mas Iqbal.
"Selamat ya Bu nambah cucu lagi, salam buat Dini, insya Allah besok pulang kerja Anis dan Mas Iqbal akan jenguk ke rumah sakit" janji Anis sebelum menutup pembicaraan dengan Ibu yang sedang menunggu Dini di rumah sakit.
Setelah menutup telpon Anis termenung sesaat. Ia jadi teringat usia pernikahannya yang telah memasuki tahun ke lima, tapi belum juga ada tangis si kecil menghiasi rumah mereka. Meskipun demikian ia tetap ikut merasa sangat bahagia mendengar berita kelahiran anak kedua Dini di usia pernikahan mereka yang baru tiga tahun.

"Koq melamun !…" Mas Iqbal yang baru keluar dari kamar mandi mengagetkannya. Ia memang pulang agak malam hari ini, ada rapat di kantor katanya. Air hangat untuk mandinya sempat Anis panaskan dua kali tadi.
"Mas, ibu tadi mengabari Dini sudah melahirkan, bayinya laki-laki" cerita Anis.
"Alhamdulillah...Dila sudah punya adik sekarang" senyum Mas Iqbal sambil mengeringkan rambutnya, tapi entah mengapa Anis menangkap ada sedikit nada getir dalam suaranya. Anis menepis perasaannya sambil segera menata meja menyiapkan makan malam.
Selepas Isya bersama, Mas Iqbal segera terlelap, seharian ini ia memang lelah sekali. Anis juga sebenarnya agak lelah hari ini. Ia memang beruntung, selepas kuliah dan merasa tidak nyaman bekerja di kantor, Anis memutuskan untuk membuat usaha sendiri saja. Dibantu temannya seorang notaris, akhirnya Anis mendirikan perusahaan kecil-kecilan yang bergerak di bidang design interior. Anis memang berlatar pendidikan bidang tersebut, ditambah lagi ia punya bakat seni untuk merancang sesuatu menjadi indah dan menarik. Bakat yang selalu tak lupa disyukurinya. Keluarga dan teman-teman banyak yang mendukungnya, akhirnya sekarang ia sudah memiliki kantor mungil sendiri tidak jauh dari rumahnya.


Dan, seiring dengan kemajuan dan kepercayaan yang mereka peroleh, perusahaannya sedikit demi sedikit mulai dikenal dan dipercaya masyarakat. Tapi Anis merasa itu tidak terlalu melelahkannya, semua dilakukan semampunya saja, sama sekali tidak memaksakan diri, malah menyalurkan hobi dan bakatnya merancang dan mendesign sesuatu sekaligus mengisi waktu luangnya. Beberapa karyawan cekatan sigap membantunya. Malah sekarang sudah ada beberapa designer interior lain yang bergabung di perusahaan mungilnya. Itu sebabnya sesekali saja Anis agak sibuk mengatur ketika ada pesanan mendesign yang datang, selebihnya teman-teman yang mengerjakan. Waktu Anis terbanyak tetap buat keluarga, mengurus rumah atau masak buat Mas Iqbal meski ada Siti yang membantunya di rumah, menurutnya itu tetap pekerjaan nomor satu. Anis juga bisa tetap rutin mengaji mengisi ruhaniahnya. Namun karena kegiatannya itu, biasanya ia tidur cepat juga, tapi malam ini rasa kantuknya seperti hilang begitu saja. Berita dari ibu tadi membuat Anis teringat lagi. Teringat akan kerinduannya menimang si kecil, buah hatinya sendiri.


Lima tahun pernikahan adalah bukan waktu yang sebentar. Awalnya Anis biasa saja ketika enam bulan pertama ia tak kunjung hamil juga, ia malah merasa punya waktu lebih banyak untuk suaminya dan merintis kariernya. Seiring dengan berjalannya waktu dan tak hentinya orang bertanya, dari mulai keluarga sampai teman-temannya, tentang kapan mereka menimang bayi, atau kenapa belum hamil juga, Anis mulai khawatir. Fitrahnya sebagai wanita juga mulai bertanya-tanya, apa yang terjadi pada dirinya, atau kapan ia hamil seperti juga pasangan-pasangan lainnya… Atas saran dari banyak orang Anis mencoba konsultasi ke dokter kandungan. Seorang dokter wanita dipilihnya. Risih juga ketika menunggu giliran di ruang tunggu klinik, pasien di sekitarnya datang dengan perut membuncit dan obrolan ringan seputar kehamilan mereka. Atau ketika salah seorang diantara mereka bertanya sudah berapa bulan kehamilannya.

"Saya tidak sedang hamil, hanya ingin konsultasi saja…" senyum Anis sabar meski dadanya berdebar, sementara Mas Iqbal semakin pura-pura asyik dengan korannya. Anis bernafas lega ketika dokter menyatakan ia sehat-sehat saja. Hindari stress dan lelah, hanya itu nasehatnya.

Setahun berlalu. Ditengah kebahagiaan rumah tangganya ada cemas yang kian mengganggu Anis. Kerinduan menimang bayi semakin menghantuinya. Sering Anis gemas melihat tingkah polah anak-anak kecil disekitarnya, dan semakin bertanya-tanya apa yang terjadi dengan dirinya. Setelah itu mulailah usaha Anis dan suaminya lebih gencar dan serius mengupayakan kehamilan. Satu demi satu saran yang diberikan orang lain mereka lakukan, sejauh itu baik dan tidak melanggar syariat Islam. Beberapa dokter wanita juga kadang mereka datangi bersama, meski lagi dan lagi sama saja hasilnya. Sementara hari demi hari, tahun demi tahun terus berlalu.


Kadang Anis menangis ketika semakin gencar pertanyaan ditujukan padanya atau karena cemas yang kerap mengusik tidurnya. Mas Iqbal selalu sabar menghiburnya "Anis...apa yang harus disedihkan, dengan atau tanpa anak rumah tangga kita akan berjalan seperti biasa. Aku sudah sangat bahagia dengan apa yang ada sekarang. Insya Allah tidak akan ada yang berubah dalam rumah tangga kita…" goda Mas Iqbal suatu ketika seperti bisa membaca jalan pikirannya. Suaminya memang tahu kapan Anis sedang mendalam sedihnya dan harus dihibur agar tidak semakin larut dalam kesedihannya. Di saat-saat seperti itu memang cuma suaminya yang paling bisa menghiburnya, tentu saja disamping do'a dan berserah dirinya pada Allah. Kadang Anis heran kenapa Mas Iqbal bisa begitu sabar dan tenang, seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi. Dia selalu ceria dan optimis seperti biasa. Apakah memang pria tidak terlalu memasukkan unsur perasaannya atau mereka hanya pintar menyembunyikan perasaan saja? Anis tidak tahu, yang pasti sikap Mas Iqbal banyak membantu melewati masa-masa sulitnya.


Sebenarnya Anis juga bukan selalu berada dalam kondisi sedih seperti itu. Sesekali saja ia agak terhanyut oleh perasaannya, biasanya karena ada faktor penyulutnya, yang mengingatkan ia akan mimpinya yang belum terwujud itu. Selebihnya Anis bahagia saja, bahkan banyak aktivitas atau prestasi yang diraihnya. Buatnya tidak ada waktu yang disia-siakan. Selagi sempat, semua peluang dan kegiatan positif dilakukannya. Kadang-kadang beberapa teman menyatakan kecemburuannya terhadap Anis yang bisa melakukan banyak hal tanpa harus disibuki oleh rengekan si kecil. Anis tersenyum saja.


Anis juga tidak pernah menyalahkan teman-temannya kalau ketika sesekali bertemu obrolan banyak diisi tentang anak dan seputarnya. Buatnya itu hal biasa, usia mereka memang usia produktif. Jadi wajar saja kalau pembicaraan biasanya seputar pernikahan, kehamilan, atau perkembangan anak-anak mereka yang memang semakin lucu dan menakjubkan, atau cerita lain seputar itu. Biar bagaimanapun Anis menyadari menjadi ibu adalah proses yang tidak mudah dan perlu belajar atau bertukar pengalaman dengan yang lain. Tapi kadang-kadang, sesekali ketika Anis sedang sedih, rasanya ia tidak mau mendengar itu dulu. Anis senang juga jika ada yang berusaha menjaga perasaannya diwaktu-waktu tertentu, dengan tidak terlalu banyak bercerita tentang hal tersebut, bertanya, atau malah menyemangati dengan do'a dan dukungan agar sabar dan yakin akan datangnya si kecil menyemarakkan rumah tangganya.


Anis tersadar dari lamunannya. Diminumnya segelas air dingin dari lemari es. Sejuk sekali. Meskipun malam tapi udara terasa pengap. Ditambah lagi berwudhu ditengah malam, melunturkan sebagian besar kemelut dalam dadanya. Setelah membangunkan suaminya, Anis shalat malam berdua. Di akhir shalat air mata Anis membasahi sajadahnya. "Rabbi..., ampunilah dosa-dosa kami, jangan beri kami cobaan yang tidak kuat kami menanggungnya. Beri kami kekuatan dalam menjalani semuanya. Perkenankan kami memiliki buah hati pewaris kami, penerus kami dalam menegakkan Dien-Mu. Hanya ridha-Mu yang kami cari. Sungguh tidak ada yang lain lagi...". Selesai shalat Anis terlelap. Dalam mimpinya ia bermain bersama beberapa gadis kecil. Senang sekali.

*****

Suatu siang di kantornya, Anis sedang merancang sebuah ruang pameran. Ada festival Islam yang akan digelar, mungkin karena tidak banyak designer interior berjilbab rapi seperti Anis, ia dipercaya merancangnya. Ketika sedang mencorat-coret gambar, Fitri mengejutkannya, "Mbak Anis, ada tamu yang mau bertemu".
"Dari mana Fit ?" tanya Anis.
"Katanya dari Yayasan Amanah, mbak, mau menawarkan kerja sama".
"Iya deh, saya kedepan sepuluh menit lagi" jawab Anis.
Setelah bincang-bincang dengan tamunya akhirnya Anis menyepakati kerja sama menyantuni beberapa anak-anak yatim yang diasuh yayasan tersebut. Anis memang selalu menyisihkan rezkinya untuk mereka yang membutuhkan. Perusahaan mungil yang dikelolanya selalu berusaha menjalankan syariat Islam.


Sejak itu Anis punya kegiatan baru, menyantuni dan mengasuh beberapa anak yatim bersama yayasan tersebut. Tidak banyak kegiatan sebenarnya, hanya laba perusahaan kecilnya yang tidak seberapa disisihkan sebagian untuk disalurkan sebagai beasiswa untuk beberapa anak-anak tersebut. Itupun setelah dimusyawarahkan dengan semua teman-teman dan disetujui bersama. Tapi banyak hikmah yang Anis dapatkan. Sesekali Anis jadi bertemu dan bersahabat dengan mereka. Anak-anak yang ditinggalkan orang tuanya sehingga tidak seberuntung yang lain, yang mendapat curahan perhatian dan kasih sayang berlimpah dari orang tua. Mereka memang kurang beruntung, tapi kesabaran dan ketegaran mereka membuat Anis malu menyadari dirinya yang rapuh, mudah mengeluh dan sedih. Anis jadi menyadari betapa sebenarnya karunia yang diberikan Allah padanya begitu banyak dan berlimpah. Kalaupun ada satu atau dua hal yang luput, itu tidak seberapa dibandingkan dengan yang ia telah dapatkan. Anis jadi menata dirinya untuk lebih sabar dan banyak bersyukur. Dengan banyak bersyukur tentu Ia akan lebih banyak memberikan lagi nikmat-Nya.

*****

"Bu Anis, kuenya enak sekali..." puji Ina tulus. Mata polosnya bersinar senang. Ia memang anak yang manis, kelas 5 SD dan selalu ranking satu di kelasnya, ibunya hanya penjual gado-gado dengan tiga orang anak, sementara ayahnya sudah meninggal sejak Ina kelas satu. Minggu pagi cerah ini Anis memang mengundang beberapa anak asuhnya ke rumah beserta beberapa orang pengurus yayasan. Sejak kemarin ia dan Mas Iqbal pontang-panting menyiapkan semuanya. Sebenarnya bisa saja Anis pesan makanan, tapi entah kenapa ia ingin menyiapkan sendiri, untungnya Mas Iqbal setuju dan membantunya penuh.
"Bu Anis, sup nya Farouk tumpah...." jerit Atikah nyaring.
Anis sibuk melayani mereka, Mas Iqbal juga tak kalah repot. Sekarang Anis memang semakin dekat dengan mereka, ia berusaha memberikan kasih sayang dan perhatian atau bimbingan semampunya. Mereka banyak membuka mata dan hatinya. Anak-anak malang yang membutuhkan kasih sayang dan bimbingan.

Selesai acara Anis kecapekan luar biasa, anak-anak itu terkadang manja dan mencari perhatiannya saja, tapi Anis senang. Tamu-tamu kecil itu menyemarakkan rumahnya.


Keesokan paginya Anis bangun agak siang. Selesai shalat subuh dan menyiapkan keperluan Mas Iqbal, ia tertidur lagi. Suaminya berangkat kerja tanpa pamit, kasihan pada Anis yang sepertinya masih kelelahan. Anis sendiri tidak pergi kerja hari ini, ia sudah izin sebelumnya.

Jam setengah delapan pagi Anis terbangun oleh dering telepon dari ibunya.

"Anis, selamat ulang tahun ya…semoga semakin bertambah keimanannya, sehat, bahagia dan cepat mendapatkan momongan", ujar ibu mendo'akan.
"Terima kasih ya, Bu" Anis tersadar bahwa hari ini usianya bertambah lagi. Sebenarnya ia tak pernah menganggap istimewa, tapi kalau ada yang ingat ya senang juga.
"Masih sering sedih nggak?..." Ibu menggodanya. Selain Mas Iqbal memang ibu yang paling memahami perasaannya dan tentu saja yang paling sering menghibur dan mendo'akannya.
"Ingat lho Nis, apa saja yang kita dapatkan itu sudah hasil seleksi dari sana dan itu adalah yang terbaik untuk kita. Kita harus ikhlas, sabar, dan senang menerimanya. Istri-istri Rasululloh pun ada yang tidak diberi momongan dan itu bukan dosa. Yang penting kita tak putus usaha dan berdo'a, bagaimana hasilnya biar Allah saja yang menentukan", ibu menasehati.
"Iya Bu" jawab Anis hampir tak terdengar. Ia terharu ibu selalu memperhatikan dan menghiburnya.

Setelah menutup telpon dari ibu Anis dikejutkan lagi oleh selembar surat di meja, yang ini ucapan selamat dari Mas Iqbal rupanya. Anis tersenyum membacanya tapi matanya akhirnya basah juga. Suaminya memang selalu sabar dan penuh perhatian, tak pernah sekalipun ia menyakiti hati Anis, kalaupun ada perbedaan pendapat selalu ia selesaikan dengan bijak. Tiba-tiba Anis merasakan lagi betapa besar nikmat yang telah dilimpahkan kepadanya. Rasanya tidak ada lagi alasan untuk bersedih, apalagi putus asa. Kalau memang sudah tiba waktunya dan baik untuknya, tentu harapan dan do'anya akan dikabulkan. Ia yakin tidak akan ada do'a dan usaha yang sia-sia. Hanya Allah yang tahu apa yang terbaik untuk hamba-Nya, tidak mungkin Ia mendzholimi hamba-Nya dan Ia yang akan mengabulkan do'a. Insya Allah mungkin esok hari. Ya, siapa tahu… (er)


"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui." (Al Ankabuut, 64)

Kamis, 26 Januari 2012

Kingsoft Office Suite Free 2012 (8.1.0.3010)



Kingsoft Office (KSOffice) Writer 2012



Kingsoft Writer 2012 is definitely your greatest tool for creating profes!sional-looking documents. It can open Microsoft Word files or save your documents as Word files. It enables you to open, view, edit and save your documents in various file formats including the latest Word (.DOCX) file.

Familiar Style, Layout & Functionality with Microsoft Office, meaning you can easily transfer Office environment between Microsoft Writer and Kingsoft Writer. Moreover, Kingsoft Office 2012 provides powerful functions such as built-in PDF conversion, Document Tab Switch, Diverse Printing Choices, Cross Reference that are not available with Microsoft Office.

Kingsoft Office (KSOffice) Presentation 2012


Kingsoft Presentation 2012 helps you to quickly formulate your multimedia presentation with unsee creativities to acquire your customers' attention. It is compatible with *.ppt, *pps , *pot files (Template) and support *.pptx file (Microsoft Office 2007).

Presentation files can be saved as PDF format effortlessly. Kingsoft Presentation offers a unique function in the Double-Screen Extended Mode- presenters can keep theirs eyes on their own screen while the presentation is displayed on the others.

Kingsoft Office (KSOffice) Spreadsheets 2012


Kingsoft Spreadsheets 2012 opens, edits and saves *.xls, *.xlt (Template), *.dbf, *.txt, *.csv , without a glitch and it is compatible with *. xlsx file (Microsoft Office 2007/2010) .

It gives higher efficiency and flexibility for acquiring your target. It contains a lot of functions and array formulas that help you to manage, analyse and calculate data easier and faster. It provides eight types of RC4 encryption, which are very difficult to be decoded. Therefore, your Spreadsheets is prevented against any unauthorized duplication , modification, or printing.

Kingsoft office 2012 professional Features

1. Unrivaled Compatiblility With Microsoft Office Documents
Open, view and edit Word (97/2000/2003/2007/2010) .doc, .docx formats; output to (97/2000/2003) .doc format.
Open and view Excel (97/2000/2003/2007/2010) .xls, .xlsx formats; edit and save (97/2000/2003) .xls format.Open and view PowerPoint (97/2000/2003/2007/2010) .ppt, .pptx formats; edit and save (97/2000/2003) .ppt format.
The best Office Suite compatibile with Microsoft office in the market.

2. Small Size And Run Fast
The installation file package is only about 100Mb, it is only about 10% the size of Microsoft Office; it takes up less than 200Mb of space after installed on your computer. Lower requirement for OS and hardware, makes your work smarter and more efficient. No more than a minute for full installation process.

3. Ribbon Interface & Traditional Interface
Kingsoft Office 2012 is equipped with two different styles of interface that can be switched easily. Traditional interface provides a familiar working environment for all existing Users. The new interface of Kingsoft office 2012 gives out more than just a new look, it can help you to produce better results by keeping your focus on tasks yet with easy access to all required features.

4. Multiple Document Tabs Available
Kingsoft office 2012 supports the function of switching office document by using document tab, which allows you to open and edit several documents simultaneously. Therefore, you don't have to find the presentations you need in the taskbar at the bottom of the desktop. It shotten the time consumption on opening and switching between different windows, therefore you will have better focuses at your tasks.

5. Automatic Spell Check
Kingsoft office 2012 professional has a major improvement on its auto spell check function. It corrects your spelling while documents are being created and edited. It is the most important function in Microsoft office as well. If there are any misspelled words, Auto Spell Check prompts you for a correction. Once the spell check is completed, your file is sent or stored as it normally would. Kingsoft office 2012 also allows you to manually perform a spell check.

6. Powerful PDF Converter
Kingsoft Office 2012 provides a powerful built-in PDF converter to convert office documents including Word, Excel, and PowerPoint files into the higher quality PDF format easily. It is an interesting yet rather useful function for secure online transfer since encryption can also be customized. It is already integrated in the office 2012 suite that requires no further purchase of add-ins. You can surely boost your productivities with easy to use tools.

7. Macro Available
Microsoft VBA tools are already included in Kingsoft office 2012 professional, which supports Macro files produced in other Office suite. It is the VBA software from Microsoft Corp. Directly, therefore it is fully compatible with Macro documents. You can open, edit and save your Macro in Kingsoft office 2012.

8. Catch Your Audiences’ Eyes With Outstanding Appearance
Kingsoft office 2012 has improved a lot on its template and picture design. It provides numerous templates to accommodate your expressions, ideas, thoughts, business plans and etc. Impress your audiences with refreshing designs. Edit your images within the same document without going through the trouble of opening other painting tools.

9. Copyright
Kingsoft is one of the earliest companies to engage in the R&D of general use software. Kingsoft Office has been undoubtedly one of the most successful software products developed in China for more than 20 years. Kingsoft Office made its first appearance in the market in 1988, and it has already become one the most used office software in the world.

10. Affordable Price
With all the creative and sophisticated functions, Kingsoft Office 2012 is for an affordable price. It requires minimum system requirements and saves significant cost on deployment. It has already become the most affordable choice for most of the companies during this economic crisis. And we Kingsoft intend to keep it that way in the years to come.

System Requirements for Free Office Suite 2012

Required Operating System: Windows 2000 / Windows XP / Windows Vista (32bit,64bit) / Windows 7 (32bit, 64bit)

Basic Configurations:

CPU: Pentium II 266 MHz or higher
Memory: at least 128 MB
Hardware: at least 200 MB available space

Recommended Configurations:

CPU: Pentium III 450 MHz or higher  
Memory: 256 MB or larger
Hardware: 250 MB available
Kingsoft has devoted over two decades to the development of user-friendly software, customer-oriented services and the best office software.

Click here to download



Senin, 23 Januari 2012

Kapan menikah? Jawablah secepatnya!


Heran.. Bener bener heran…

Bertanya kepada seorang rekan yang sudah mempunyai pacar selama 3 tahun tentang kapan ia akan menikah dan beliau bingung menjawabnya.. dengan nada penuh keraguan dia menjawab ” 2 tahun lagi mungkin…ingin menjalaninya dulu… Belum siap…” padahal Pacarnya ada disampingnya dan sudah tahun ke 3 berpacaran Apalagi yang dia Cari????

Di satu kesempatan yang sama
Sayapun bertanya kepada rekan pengajian saya
Akhi ( sebutan untuk pria) kapan antum menikah?

Beliau menjawab dengan penuh semangat dan keyakinan
” Insya Allah akhi SECEPATNYA…” padahal saya tahu beliau belum mempunyai bahkan tidak mau berpacaran ” dan syapun mendoakan nya secara sepontan “Insya Allah, Allah akan memudahkan antum akh”

Saya balik bertanya, Kenapa antum yakin banget?

Beliau menjawab ” Saya paling senang ditanya kapan akan menikah maka saya selalu menjawab SECEPATNYA walau saya belum mempunyai calon! kenapa?

Karena Jawaban saya bisa berbuah Doa dan mengundang Doa’

Menikah sesuatu yang allah Sukai dan setan BENCI
Saya tidak ingin jawaban saya melemahkan saya, karena setan senantiasa dari segala arah akan meniupkan keraguan akan menikah dan membiarkan Orang Orang Lalai dan hanyut dalam kemaksiatan cinta yang Haram

Semoga ada Hikmah dari percakapan saya dengan ke 2 rekan saya
Insya Allah nanti saya akan Posting Doa MUSTAJAB tentang keraguan menikah dan segera ingin menikah yang sudah dipraktekan saya dan rekan rekan seperjuangan saya dan terkabulkan

Kamis, 12 Januari 2012

KECANTIKAN HATI

Oleh: Teh Ninih Mutmainnah

Kecantikan lahiriah tidak memiliki nilai dan makna sedikitpun tanpa dibarengi dengan kecantikan batiniah. Keindahan wanita tidak hanya dari segi fisik, tetapi seharusnya tercermin dari dalam (inner beauty), yakni mempunyai kecantikan ruhiyah, cerdas emosional, cerdas spritual, dan cerdas intelektual. Itulah kecantikan sebenarnya.

Kecantikan yang terpancar dari hati, adalah kecantikan hakiki yang tidak hilang ditelan usia. Kekuatan iman dan ketaatan kepada Allah yang menjadikan wanita memiliki innerbeauty . Wanita ahli syukur selalu memaksimalkan ihktiar, menjaga dan merawat tubuhnya dengan baik. Ia pun senantiasa menjaga hatinya dari maksiat dan perbuatan dosa. Lisannya selalu dihiasi zikir, matanya terjaga dari pandangan yang dapat mengumbar hawa napsu, langkahnya terhenti dari tempat-tempat yang jauh dari rahmat Allah, tubuhnya ruku dan sujud penuh penghambaan, jeritannya adalah tobat memohon ampunan Allah. Hati yang lembut akan menambah kecantikan wanita. Dan kelembutan hati akan membantu mempercepat penyelesaian persoalan pada saat kita menghadapi masalah.

Wanita yang memiliki sifat lembut dan tidak mudah emosional, akan mengundang simpati orang kepadanya dan Allah akan mencintainya. Kelembutan tidak menjadikan wanita sebagai makhluk lemah. Dengan kelembutannya, terbukti wanita memiliki kekuatan yang dianugerahkan oleh Allah swt. Rasa sakinah akan hadir dalam keluarga ketika kelembutan dan sikap santun menjadi perhiasannya (Teh Ninih, PikiranRakyat).

CARA MENGETAHUI NOMER HP SENDIRI

Di saat ini penggunaan modem internet yang sifatnya mobile telah menjamur dimana-mana. Perang tarif internet antar operator tidak dapat dielakkan lagi, harapannya semoga yg diuntungkan tetaplah konsumen pengguna jaringan internet itu sendiri.

Namun sebagai pengguna modem mobile, terkadang kita lupa nomor yg terpasang dalam perangkat modem tersebut, sehingga mengalami kesulitan pada saat pengisian ulang pulsa untuk melanjutkan langganan internet. Berikut ini beberapa tips cara mengetahui nomor hp sendiri untuk berbagai operator yg penulis peroleh dari berbagai situs di internet. selamat mencoba….

Kartu Indosat ( Im3 dan Mentari )

cek nomor : *777*8# kemudian tekan tombol Call


Kartu Telkomsel ( Simpati dan AS )

cek nomor : *808# kemudian tekan tombol Call

daftar paket internet: *363#

cek pulsa: *888#


Kartu XL

cek nomor : *123*6*4*1*1# kemudian tekan tombol Call


Kartu Axis

cek nomor : *2# kemudian tekan tombol Call


Kartu Three

cek nomor : *998# kemudian tekan tombol Call

daftar paket internet: *123#

cek pulsa: *123*8#


Kartu Smart

Ketik : *551# kemudian tekan tombol Call


Kartu Fren

Untuk fren caranya adalah dengan cara mengirimkan sms, formatnya ketik : STATUS dan kirim ke 551, dan akan ada balasan ” Anda berada dalam layanan selular dengan nomor aktif 0888xxx”.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review