Jumat, 26 Maret 2010

Selamat Jalan, Sri

Sri, setiap kali tak bosan aku mengingatkanmu untuk berobat, selalu kau kembali mengingatkanku. Katamu, "Sakitku ini rencana Allah. Berapa tahun aku sakit? Tak mengapa jika Allah berkehendak. Aku berbaik sangka kepadaNya. Jika aku sehat, pasti aku akan kufur nikmat. Naudzubillah...." Sri, setiap kali pula aku selalu menganjurkanmu untuk istirahat, selalu kau berkata tajam, "Kau pikir sudah cukup sholatku selama ini? Berapa kali aku hapal Quran ini, Sis? Masih lebih banyak jumlah jari tangan dan kakiku..."
Sri, ramadhan kemarin sambil menahan sakitmu, kau gigih mencetak bata-bata merah itu.
Kau bilang, "Aku harus bantu suamiku mencari nafkah. Masa aku ongkang-ongkang saja saat suamiku bekerja keras? Uang bata ini untuk beli baju anak-anak..."
Sri, selalu kau berkata kepadaku dengan tawa kecil, "Aku malu sama si Ainun tadi malam. Masa kalah hapalan Quranku...Ibu macam apa aku ini?"
Sri, saat sakaratul maut menjemputmu, kau dengar di telinga kananmu, talqin lembut suamimu, menuntunmu mengucap laa ilaaha illallah.
Kaupun pasti bahagia mendengar lantunan hapalan Quran Ainun di telinga kirimu.
Kau berhasil mengajari anakmu mengaji, Sri.
Itu bekal untukmu.
Kaupun berhasil meraih cinta suamimu.
Itupun bekal untukmu.
Terakhir kutatap wajahmu begitu tenang.
Ikhlas terlukis di sana saat kau harus tinggalkan kami.
Bahagia terukir di sana saat kau harus kembali kepadaNya.
Selamat jalan, Sri...bahagia hakikimu ada di sana.
( Ampunilah segala dosanya yaa Rabb, terimalah segala amal ibadahnya yaa Rabb, berikanlah untuknya tempat yang terbaik yaa Rabb, jagalah suami dan anak-anaknya yaa Rabb )

by. Aku Fatimah

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | GreenGeeks Review